Masa pubertas anak menjadi salah satu hal yang akan dialami seseorang saat akan beranjak dewasa. Di usia ini, banyak remaja tidak tahu bagaimana caranya dalam menyikapinya, sehingga perlu pendampingan. Baik itu, laki-laki maupun perempuan mengalaminya, dibutuhkan pengajaran lebih dekat oleh orang tuanya.
Pubertas merupakan masa yang berperan penting dalam proses pertumbuhan anak, dari fase transisi remaja menuju dewasa. Biasanya, masa pubertas anak laki-laki terjadi pada usia 12 tahun, sementara perempuan berusia 11 tahun. Seperti apa proses pendampingan yang harus dilakukan oleh kedua orang tua pada masa perubahan ini?
Perhatikan Diri Saat Masa Puber Berlangsung
Jika sudah masa pubertas anak, jangan lupa untuk memperhatikan kebersihan diri sendiri. Biasanya, remaja akan berkeringat lebih banyak, tentunya membuat bau badan bila tidak segera dibersihkan. Berdasarkan Ethiopian Journal of Health Sciences, penyakit menular di negara berkembang disebabkan karena kebersihan pribadi buruk.
Memang harus berhari-hari mengenai kebersihan pribadi sendiri, agar tetap terawat. Ingatkan untuk selalu mandi setiap harinya, minimal dua kali. Tidak lupa kenakan pakaian bersih, bukan yang dipakai berulang kali baru dicuci. Sikat gigi sebelum tidur untuk menjaga kebersihan mulut. Lalu, gunakan deodoran supaya bau badan tidak terus-menerus muncul.
Tambahkan parfum, sehingga tubuh menjadi lebih wangi. Khusus perempuan, saat mengalami menstruasi, jangan biarkan celana dalam lembab karena memicu tumbuhnya jamur. Apalagi bagi perempuan yang mengalami pertumbuhan pada payudara. Ajarkan bahwa itu bukanlah hal memalukan, namun kodrat setiap wanita akan mengalaminya.
Tidak perlu merasa cemas dengan setiap perubahannya. Sementara, bagi anak laki-laki, menjaga penampilan tetap rapi dengan mencukur kumis atau jenggotnya. Berikan arahan supaya anak semakin mengerti bahwa perubahan itu sudah waktunya terjadi.
Pendampingan yang Dilakukan Selama Masa Pubertas Anak
Ketika sudah memasuki masa pubertas anak, banyak perubahan mulai dialami, mulai dari fisik hingga mental. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua anak mampu melewati fase tersebut, anda bisa berikan pendampingan.
1. Membantu memahami perubahan
Berikan informasi-informasi praktis mengenai apa yang dialami dan cara merawat tubuhnya. Yakinkan jika itu adalah hal normal terjadi pada siapa saja, bantu anak melakukan rutinitas barunya.
2. Ajarkan edukasi seks
Memberikan edukasi seputar seks bukanlah hal yang tabu, pemahaman ini justru penting berhubungan dengan sistem reproduksi manusia. Ada konsekuensi jika mengalami hubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
3. Jadi teman curhat
Perubahan hormon dalam tubuh membuat emosi menjadi naik turun, dimana sebelumnya tidak pernah merasakannya. Menjadi teman ngobrol memberi ketenangan jiwa dengan hadirnya pendengar akan keluh kesahnya.
4. Bersikap sabar
Berbagai mood mulai dirasakan, seperti lebih cepat marah, sensitif, dan merasa cemas. Tetap bersabar ketika menghadapi emosi tidak terkontrol, bantu anak untuk mengontrol emosinya agar tidak bergejolak.
5. Beri afirmasi positif
Kadang anak akan merasa dirinya berbeda, bahkan mulai membanding-bandingkan dengan temannya. Misalnya, merasa dirinya jelek karena muncul jerawat, beri pemahaman positif bahwa ada waktunya mencapai perkembangan yang seimbang.
6. Pola hidup sehat
Konsumsi anak anda untuk makan makanan sehat, bergizi, tidur cukup, olahraga dengan teratur. Pola hidup sehat mampu meredakan stress atau menghilangkannya, sebab memiliki keseimbangan dalam tubuhnya.
Selain proses pendampingan yang dilakukan oleh orang tua. Anda juga dapat memperhatikan bagaimana masa pubertas anak ini dilewati dengan menghindari beberapa hal berikut selama fase tersebut berlangsung.
- Konsumsi junk food
Mengonsumsi makanan siap saji terus-menerus tidak baik untuk kesehatan. Kurangi, makanan yang kurang sehat, boleh memakannya asalkan tidak berlebihan. Cukupkan saja sesuai porsinya dan jangan setiap hari mengonsumsinya. - Meminum minuman bersoda
Kesehatan menjadi hal utama yang harus diperhatikan siapa saja, selama atau sesudah masa pubertas. Lebih banyak mengonsumsi air putih dibandingkan minuman bersoda atau minuman yang mengandung manis. - Mudah marah
Masa pubertas anak membuat emosi menjadi kurang stabil. Sehingga, mudah emosi, tersinggung, menyalahkan orang lain, ingin menang sendiri, dan tidak mau kalah. Cobalah untuk belajar mengontrol emosi sebelum nanti meluapkannya. - Merasa mudah tertekan
Perasaan mudah tertekan biasanya muncul karena seseorang menahan rasa terlalu lama. Merasakan stress terhadap perubahan pada tubuhnya, dibutuhkan bahu untuk bercerita apa yang dirasakannya, seperti ke orang tua. - Suka begadang
Jangan biasakan tidur larut malam, atau mengubah pola tidur dari malam ke pagi. Jika tak dibutuhkan, sebaiknya hilangkan keinginan untuk begadang, jadi tubuh anda akan mendapatkan istirahat yang cukup. - Bersikap impulsif
Emosi remaja kurang stabil membuatnya bersikap impulsif, bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu secara tiba-tiba. Seharunya, pikirkan bagaimana tindakan tersebut setelah dilakukan, apakah baik atau justru buruk kepada diri sendiri.
Pentingnya memberikan pendampingan dalam menyikapi perubahan yang terjadi. Masa pubertas anak menjadi perhatian utama dari orang tua untuk memberikan arahan yang benar sesuai dengan usianya.